Jadi,
ini yang namanya hidup?
Kata
orang, hidup itu indah. Tapi ada lagi yang bilang, hidup itu kejam. Aku tak
tahu, mana yang harus aku percaya.
Aku
hidup. Tapi dalam hati aku bertanya-tanya: kejam atau indahkah hidup yang
aku jalani sekarang ini? Kejamkah? Tidak juga. Tak jarang ada hal-hal yang
selalu buat aku tidak bisa berhenti tersenyum dan tertawa. Segelintir dari
sekian banyak hal itu: keluarga, sekolah, teman... dan yang satu ini paling
sering membuatku tidak bisa berhenti tersenyum. Cinta. Ah, ternyata hidup ini
indah. Bagaikan sayap ikarus, yang membawaku terbang, melayang di atas bumi
tempatku selama ini berpijak.
Namun,
sayap ini membawaku terbang terlalu tinggi. Aku terlalu terlena dengan indahnya
hidupku ini, sampai terik sang surya yang perlahan membakar sayapku pun tak
kusadari. Aku lupa dengan pepatah "Tak ada yang abadi" itu. Keluargaku yang hangat, prestasiku yang
gemilang, teman-temanku yang menyenangkan, juga kisah percintaan yang tak
pernah lelah membuatku tersenyum, mereka mejauh. Mimpi-mimpiku akan segala
yang akan lebih baik itu pupus. Sayapku terbakar habis. Dari ketinggian itu,
aku terhempas ke bumi. Sakit...
Persepsi hidup
itu indah cuma omong kosong belaka. Mereka bukan milikku lagi. Hidup itu kejam!
Segala keindahan itu membuatku lupa akan eksistensi takdir yang membalikkan
semuanya.
Sekarang aku
mengerti. Hidup itu punya dua rupa. Indah dan kejam. Salah dari mereka tidak
akan bertahan selamanya. Di mana hidup indah terjadi, sang “kehidupan kejam” juga
menanti giliran untuk mengukir air mata yang menghapus senyumku. Siklus itu terus
terjadi, karena inilah hidup sesungguhnya.
No comments:
Post a Comment